Etika Berbicara
Oleh : Al-Qismu
Al-Ilmi-Dar Al-Wathan
1. Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Allah Subhaanahu wa
Ta'ala berfirman yang artinya:
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114).
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114).
2. hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak
terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami
oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.
3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan: "Termasuk
kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak
berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu
Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu
dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia
dengar".(HR. Muslim)
5. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu
berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah
istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan)
sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa
saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan
dinilai hasan oleh Al-Albani).
6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu
'anha. telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang
menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-faq'alaih).
7. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk
atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad,
dan dishahihkan oleh Al-Albani).
8. Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam
berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan
sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari
Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan
orang-orang yang mutafaihiqun". Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah,
apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR.
At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba.
Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain".(Al-Hujurat: 12).
10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak
memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang
dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.
11. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan
kepada orang lain untuk berbicara.
12. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan
perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan
kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan
pertentangan.
13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah
orang yang berbicara. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita
lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).
0 komentar:
Post a Comment